Mengenai Saya

Foto saya
Forum Studi Islam (FSI)Universitas Jambi merupakan organisasi yang telah menginjak tahun XVI. Sejak berdirinya, Fsi selalu berupaya untuk menyiarkan nilai-nilai ISLAM di FKIP, menyadarkan bahwa selain akademik, keruhanian sangatlah penting.
RSS

INI Pamflet acara silahturahmi muslimah yang diadakan oleh FSI FKIP UNJA 2012

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS


Yang pengen ngisi hari liburnya dengan kajian awal pekan, FSI FKIP UNJA present Kajian Tala'ah Al-quran.Minggu ini FSI bakal ngadain tala'ah tentang surah al-kahfi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS



Ini adalah Pamflet Piknik Ke Candi With FSI FKIP Universitas Jambi

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

jalan - jalan ke candi !!!!

Kembali menginformasikan....

Assalamu'alaykum wa Rahmatullah wa Barakatuh....
------ Forum Studi Islam Present (FSI PRESENT) ------

Jalan2 yuk..
- Kembali mengeratkan ukhuwah di antara kita...
- Merefresh segala kepenatan dari kesibukan2...
- Dan slah satu yang terpenting adalah, kembali mmbuka pemikiran kita utk semkin giat menimba ilmu.... !!!..

So, yuk pda ikutan..
InsyaAllah dpat berkah, InsyaAllah bnyak Ilmu, InsyaAllah smkin erat ukhuwah kta...
InsyaAllah mrsa fresh.. Dan InsyaAllah mendapat Barakah.... !!!

Tempat : Candi Muaro Jambi
Hari/ Tanggal : Minggu/23 Desember 2012...
Waktu : Jam 08:00 WIB

Nb : Bgi yang di Mendalo, kita berkumpul di depan Gerbang Utama UNJA,..
Bgi yang d telanai (Kota), berkumpul di Mesjid Ar Raudhoh...

Fasilitas : Ilmu, Transportasi, Tiket Masuk ---->> GRATISSSSS!!!!!!!!!

DON'T MISS IT !!!!! ^_^

KEEP HAMASAH !!!!!

Wassalamu'alaykum wa Rahmatullah wa Barakatuh !!!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

wanita adalah penciptaan yang sempurna diciptakan oleh Allah



Wanita adalah makhluk Allah yang diciptakan dari rusuk laki-laki
Ketika Tuhan menciptakan wanita, DIA lembur pada hari ke-enam.
Malaikat datang dan bertanya,”Mengapa begitu lama, Tuhan?”
Tuhan menjawab:
“Sudahkan engkau lihat semua detail yang saya buat untuk menciptakan mereka?”
“ 2 Tangan ini harus bisa dibersihkan, tetapi bahannya bukan dari plastik. Setidaknya terdiri dari 200 bagian yang bisa digerakkan dan berfungsi baik untuk segala jenis makanan. Mampu menjaga banyak anak saat yang bersamaan. Punya pelukan yang dapat menyembuhkan sakit hati dan keterpurukan… , dan semua dilakukannya cukup dengan dua tangan ini ”
Malaikat itu takjub.
“Hanya dengan dua tangan?….impossible!“
Dan itu model standard?!
“Sudahlah TUHAN, cukup dulu untuk hari ini, besok kita lanjutkan lagi untuk menyempurnakannya“.
“Oh.. Tidak, SAYA akan menyelesaikan ciptaan ini, karena ini adalah ciptaan favorit SAYA”.
“O yah… Dia juga akan mampu menyembuhkan dirinya sendiri, dan bisa bekerja 18 jam sehari”.
Malaikat mendekat dan mengamati bentuk wanita-ciptaan TUHAN itu.
“Tapi ENGKAU membuatnya begitu lembut TUHAN ?”
“Yah.. SAYA membuatnya lembut. Tapi ENGKAU belum bisa bayangkan kekuatan yang SAYA berikan agar mereka dapat mengatasi banyak hal yang luar biasa.“
“Dia bisa berpikir?”, tanya malaikat.
Tuhan menjawab:
“Tidak hanya berpikir, dia mampu bernegosiasi.”
Malaikat itu menyentuh dagunya….

“TUHAN, ENGKAU buat ciptaan ini kelihatan lelah & rapuh! Seolah terlalu banyak beban baginya.”

“Itu bukan lelah atau rapuh….itu air mata”, koreksi TUHAN
“Untuk apa?”, tanya malaikat
TUHAN melanjutkan:
“Air mata adalah salah satu cara dia mengekspressikan kegembiraan, kegalauan, cinta, kesepian, penderitaan dan kebanggaan.”
“Luar biasa, ENGKAU jenius TUHAN” kata malaikat.
“ENGKAU memikirkan segala sesuatunya, wanita- ciptaanMU ini akan sungguh menakjubkan!”
Ya mestii…!
Wanita ini akan mempunyai kekuatan mempesona laki-laki. Dia dapat mengatasi beban bahkan melebihi laki-laki.
Dia mampu menyimpan kebahagiaan dan pendapatnya sendiri.
Dia mampu tersenyum bahkan saat hatinya menjerit.
Mampu menyanyi saat menangis, menangis saat terharu, bahkan tertawa saat ketakutan.
Dia berkorban demi orang yang dicintainya.
Mampu berdiri melawan ketidakadilan.
Dia tidak menolak kalau melihat yang lebih baik.
Dia menerjunkan dirinya untuk keluarganya. Dia membawa temannya yang sakit untuk berobat.
Cintanya tanpa syarat.
Dia menangis saat melihat anaknya adalah pemenang.
Dia girang dan bersorak saat melihat kawannya tertawa .
Dia begitu bahagia mendengar kelahiran
Hatinya begitu sedih mendengar berita sakit dan kematian.
Tetapi dia selalu punya kekuatan untuk mengatasi hidup.
Dia tahu bahwa sebuah ciuman dan pelukan dapat menyembuhkan luka.

Hanya ada satu hal yang kurang dari wanita:

Dia lupa betapa berharganya dia… 

Maka Bersyukurlah Engkau Menjadi Seorang Wanita
Sebaik-baiknya Perhiasan Dunia adalah Wanita Sholihah

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

cerita datuk dan ki


DATUK DAN KI
Oleh : Sandi S

Jika hendak  mendengarkan ceramah yang lucu nan kocak serta menghibur, orang-orang akan mengundang Datuk Barujar menjadi penceramah, bak Abu Nawas yang gemar lelucon cara ceramahnya begitu menghibur. Kendati demikian ucapannya tetap zhahir di telinga pendengar. Lain pula ketika orang-orang hendak mengadakan tabligh atau dzikir yang berisi renungan, mereka lebih memilih mengundang Ki Ageng Sufi yang tutur katanya lembut dan tampan pula. Namun keduanya tak pernah terlihat bersama, baik di luar maupun saat berada di ranah agama. Mereka dilahirkan dari pondok yang sama, di bawah naungan tutor yang sama pula. Sejak Barujar mendapat gelar Datuk dan Sufi digelari Ki Ageng, keduanya menjadi rival. Mereka berdua pun ditugasi mengajar di pondok yang sama. Keduanya tetap menjdai seteru.
“ lihat dua anak Adam itu berseteru ! “, iblis menyeru seraya rebahan di atas tiupan angin dari lembah syaitan. “ bodoh ! mereka tak mesti begitu, harusnya muhasabah “ bumi intervensi.  Biarpun ramadhan datang lantas hari fitri menjelang, tetap saja keduanya menjadi seteru. Pada hari sholat jum’at, keduanya  tak pernah berada dalam satu naungan atap.  Bila Datuk Barujar menjadi khotib jangan pernah berharap Ki Ageng Sufi ada di barisan ma’mum. Begitupun saat bila Ki Ageng yang menjadi khotib, Datuk Barujar tengah melakukan hal sama di mesjid lain. Bila lebaran menjelang keduanya ingin khotib dan imam, padahal penduduk pernah meminta keduanya berbagi.
“ Apakah ini yang namanya fastabiqul khoirot ? ” bumi kembali menyela, sementara iblis yang tengah rebahan di atas hembusan angin dari lembah syaitan terkekeh. Di satu sisi mereka tetap mengusung misi keagamaan. Keduanya tetap mengkhibrah santri-santrinya untuk mempelajari ilmu agama secara mendalam. Secara sarkasme mereka melibatkan pengajaran kedengkian, tentang syamatah dan hasad yang selalu berkelindan. Apa mereka ingin seperti saudara Yusuf alaihi salam yang mengumbar kedengkian lalu saling bunuh ?. Barangkali keduanya saling girang jika diantaranya ada yang tengah kesusahan.

***
Bertahun-tahun setelah seteru itu berlalu, selama itu pula belum ada kabar dari Datuk Barujar. Berhembus kabar dari angin arbain kalau Datuk Barujar telah kembali ke Meulaboh tanah kelahirannya, ada yang bilang kalau ia tengah mengajar ilmu agama di sana. Namun berhembus kabar lain kalau Datuk Barujar sudah hijrah ke Malaysia dengan misi yang sama yakni mengajarkan ilmu agama. Sudah lama ia tak kembali ke tanah Jawa, sebagian jama’ah merindukan ceramah jenakanya. Beberapa santri mencoba mengirim telegram kepadanya agar kembali ke pondok karena Ki Ageng kini tengah sakit-sakitan. Tapi tak kunjung ada balasan.  
Ki Ageng Sufi tengah berbaring lemah di kamarnya, sedang berkali-kali telegram tak jua bersambut balasan. Apa yang disangkakan santri dan orang-orang tentang Datuk Barujar tak sepenuhnya benar. Ia memang sedang berada di Malaysia namun bukan sebagai pengumbar ilmu-ilmu agama. Ia sudah jatuh ke lembah syaitan yang penuh gulita. Ia menjadi gemar mabuk dan berjudi.

“ lihat cucu Adam yang satu itu sudah menjadi pengikutku “ iblis yang tengah rebahan di atas angin yang berhembus dari lembah syaitan kembali terkekeh.
Pagi-pagi sekali ia baru kembali dari tempat perjudian, ketika kumandang adzan subuh dan kokok ayam pejantan bersahutan. Didapatinya keadaan badan penuh peluh dan berbau anyir minuman. Selembar telegram melayang dihempas angin pintu kontrakan yang ia hempaskan. Bertaburan dengan telegram lain yang sudah lusuh dan berdebu. Satu lembar pun belum ada yang terbaca olehnya. Ia raih satu telegram yang terlihat masih baru. Ia hempaskan badan ke kasur lalu debu bertabur. ...Ki Ageng Sufi sudah wafat. Begitu isi telegramnya. Ia hanya melenguh panjang. Sudah mati ya. Tubuh yang bergumul peluh itu ia biarkan dibawa ke dalam tidur.
 ***
Di rumah Ki Ageng Sufi bergelimangan manusia hilir-mudik melawat dan sekedar memberi salinan do’a dari yasinan. Berbondong-bondong kelompok tarekat menyambangi rumah duka. Manusia tumpah ruah bagai lebah yang berhimpitan, suaranya berdengung. Hampir seluruh penduduk kampung berdatangan, pria, wanita, muda, manula, petinggi desa datang, pemuka agama datang, guru dan siswa yang masih berseragam datang. Di mana Datuk Barujar ? barangkali pertanyaan itu yang menumpuk di benak orang-orang yang datang. Jenazah sudah selesai dimandi dan di sholatkan tinggal menunggu proses pemakaman. Padahal hari menjelang petang. Kenapa tak kunjung di kebumikan ? pertanyaan kembali menggema dari telinga  ke telinga. Pesan terakhir Ki Ageng kepada santrinya untuk menyemayamkan jenazahnya sepulang Datuk dari perantauan sekaligus meminta ia memimpin do’a pemakaman.
Petang menjelang pagi pun kembali datang. Orang-orang yang berta’ziah kembali berdatangan sekedar bersalaman, menempati kursi yang disediakan, mengunyah sepotong kue yang disajikan, meminum seteguk minuman kemasan. Sedang Datuk tengah membanting kartu remi dan bersebelahan dengan wanita jalang. Kaum ibu di dapur sibuk merangkai bunga tujuh rupa yang nantinya bakal disematkan di atas keranda menuju kuburan, sebab bunga yang kemarin sudah layu. Yang lain menanti seremoni pemakaman.

“ Bukankah dimakamkan lebih cepat lebih baik ? “ bumi mengeluh menanti jenazah Ki Ageng Sufi untuk didekap. “ biar saja lebih lama lebih busuk “ iblis menyela sembari tertawa.
***
“ Mau kemana Bang ? “ tanya tetangga. Ia hanya menekuk wajah ke tanah, digendongnya ransel dan bergegas menyambangi bus yang tengah terparkir di hulu jalan. Ia coba mengingat rivalitasnya dengan Ki Ageng, membayangkan suasana saat berceramah di hadapan ratusan jama’ah. Untuk apa ia kembali ? untuk Ki Ageng kah ? agama kah ? pertanyaan itu menyembul ketika melihat anak-anak madrasah di kanan jalan yang hendak pulang dari pengajian. Ia juga tak yakin kalau rivalitas selama itu bisa dimaafkan. Ia buka lembar demi lembar telegram berdebu yang belum sempat terbaca. Dikenangnya tentang khibrah, taubat, dan ibadah. Ia sendiri yang mengusung misi ibadah kepada santri-santrinya. Berubah tidak cukup hanya dengan taubat, tapi setidaknya awali dengan taubat. Bukankah itu yang ia gadang-gadang kepada santrinya?. Ia mengerang dan menjambak kepala.

Ia pulang, astagfirullah ketika senja beranjak petang, para pelayat masih setia memanjatkan munajat. Membaca yasin dan dzikir. Bendera kuning di depan rumah luntur warnanya diperas terik mentari dan hujan yang memapah wajah-wajah gelisah. Semua orang menaruh tatapan aneh padanya, barangkali pangling setelah puluhan tahun tak bersua dengannya. Datukkah itu ? sebagian bertanya-tanya. Tapi ia lusuh dan tak berpeci.
Ia dapati jenazah di tengah rumah dikelilingi santri yang masih setia mengaji. Ia sibak kain penutup wajah Ki Ageng. Ah, ia masih saja tampan, tapi sedikit mengisut, pipinya mencuat, wajahnya kesepian.
“ Kenapa tak segera disemayamkan ? “ tak ada yang menjawab, masing-masing menekuk wajah. Sampai begitukah mereka menantiku ? ia mendongakkan wajah ke hadapan lampu.
Acara pemakaman berlangsung malam itu juga, desa itu tak dirundung mendung. Semua warga mandi cahaya. Tak ada gurat dari wajah-wajah gelisah yang menanti kehadiran Datuk Barujar seperti sedianya mereka menunggui jenazah dari hari ke hari. Manusia tumpah ruah bagai lebah yang berhimpitan, suaranya berdengung. Hampir seluruh penduduk kampung berdatangan, pria, wanita, muda, manula, petinggi desa datang, pemuka agama datang, guru dan siswa sudah mengganti seragamnya.
Datuk Barujar masuk ke liang lalu dengan lantang adzan berkumandang, dan purnama bertambah terang. Orang-orang tergeragap gemetar mendengarnya, sebagian menahan rintih tangis dengan menutup mulutnya. Cahaya purnama menyelusup lewat celah orang-orang yang tengah berkerumun mengelilingi prosesi. Liang itu telah berubah menjadi gundukan, lalu gema do’a dipanjatkan.
Selesai prosesi semua orang kembali, tak ada lagi manusia tumpah ruah, yang pria dan wanita, yang muda dan manula, yang guru bersama muridnya, sudah pulang ke rumahnya. Datuk Barujar mengemasi sarung dan bantal ke dalam ransel dari rumah Ki Ageng Sufi kemudian bergegas.
“ Mau kemana lagi Datuk ? “ tanya seorang santri
“ Tidur bersama rekan “ jawabnya seraya berjalan ke arah makam.



Catatan
Zhahir                        : bisa dipahami maksudnya oleh pendengar
Muhasabah                 : Introspeksi/mengecek diri sendiri
fastabiqul khoirot        : berlomba-lomba dalam kebaikan
syamatah                     : sifat sulit melihat orang lain senang
khibrah                        : Pengetahuan tentang sesuatu secara mendalam
taubat                          : kembali kepada Allah dari maksiat
ibadah                         : Perbuatan yang bertujuan untuk mengharap ridho Allah SWT
hasad                           : iri, dengki



Nama                                       : Sandi Suryamat
TTL                                         : Petiduran Baru, 25 Juli 1992
Asal kampus                            : Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia/ FKIP/UNJA

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS